Bagaimana Mengajarkan Anak Berinteraksi dengan Orang Tak Dikenal?
Ketika anak mulai bisa berjalan apalagi memasuki usia sekolah, anak belajar mengenal lingkungan sosial yang lebih luas. Semakin banyak orang yang ditemui anak, semakin banyak ruang publik dan tempat umum yang didatangi anak. Rasa senang melihat perkembangan anak disertai pula perasaan khawatir terhadap keselamatan anak. Di usia balita dan usia sekolah, anak juga mulai memiliki rasa ingin tahu terhadap orang-orang di sekitarnya. Ia ingin berkenalan dan berbicara dengan orang yang ada di sekitarnya. Apalagi ketika ditanggapi dengan hangat, ramah, dan antusias, anak menjadi lebih terdorong untuk berinteraksi dengan orang lain.
Nah, bagaimana kita mengawasi anak saat ia berkenalan dengan orang yang tak dikenal?
Untuk mengawasi dan memperkenalkan anak terhadap “orang yang tak dikenal”, kita perlu memperhatikan usia anak yang kita ajak bicara. Kenapa? Sebab usia anak memengaruhi perkembangan cara berpikir anak terhadap konsep yang kita ajarkan dan cara anak memahami lingkungan sekitarnya.
Anak Usia Batita
Pada usia ini, anak belum dapat memahami siapa orang yang aman dan tidak aman. Namun kita bisa mulai memperkenalkan basic safety pada anak. Seperti melindungi tubuh anak dengan pakaian yang hangat, berbicara dengan sopan dan selalu berada di dekat orangtua saat berjalan di tempat umum.
Anak Usia TK
Anak mulai familiar dengan “orang asing” atau “orang yang tak dikenal”. Kita juga bisa mulai memperkenalkan tentang aturan dalam menjaga keamanan. Misalnya, keamanan dalam hal tidak bermain dengan kabel dan colokan listrik, sampai tidak berkenalan dengan orang yang tidak dikenal tanpa kehadiran orangtua. Tapi pada usia ini, anak tetap membutuhkan pengawasan orangtua di tempat publik. Sebab anak belum memiliki penilaian yang bijak dan masih berproses untuk mengelola impulsivitas mereka.
Anak Usia SD
Pada lingkungan yang terbatas, seperti perjalanan dair rumah ke sekolah, ke rumah tetangga atau tempat les anak sudah dapat diberikan keleluasaan untuk pergi sendiri tanpa pengawasan ortu. Anak juga dapat mengakses internet dalam waktu yang terbatas. Namun anak tetap memerlukan arahan yang jelas tentang bagaimana cara berinteraksi dengan orang yang tak dikenal.
Misalnya, pada saat terpisah dengan orangtua di mall orangtua dapat memberikan SOP atau prosedur apa yang harus anak lakukan jika ia terpisah. Pertama, ia harus mencari bapak berseragam satpam yang terdekat. Lalu menginformasikan bahwa ia hilang dan meminta anak untuk menyebutkan nama orangtua dan telepon orangtuanya. Kemudian meminta anak menunggu sampai orangtua datang menjemput anak.
-----------------
sumber : tigagenerasi dot com
Posting Komentar